Husien Bawafie
Sejarah singkat
Nama Husein Bawafie yang
populer diera tahun 1960-an. Ia merupakan orang pertama yang mendobrak karakter
Lagu Melayu Deli menjadi bentuk lagu yang bebas dari aturan pantun dan musik
lebih dinamis, yang sekarang kita sebut dengan Lagu Dangdut.
Husein Bawafie adalah seorang
pencipta lagu dangdut, penyanyi, dan pemimpin sebuah Orkes Melayu.
Husein Bawafie
juga merupakan pemimpin Orkes Melayu Chandralela. Ia telah menciptakan lebih
dari 200 karya lagu – lagu dangdut hits dizaman nya, antara lain: lagu Selayang
Pandang, lagu Khayal Dan Penyair, lagu Seuntai Syair, serta banyak lagi.
Dari tangan Husein Bawafie lahir
beberapa penyanyi dangdut papan atas Indonesia, sebut saja seperti: Ellya
Khadam dan Elvy Sukaesih.
Munif Bahasuan
aaaaaaaaaaaaaa
SMunif Bahasuan yang
dianggap pelopor musik dangdut mengaku tidak tahu darimana istilah itu berasal.
Sebab, ungkapnya, pada 1940-an sudah banyak musik yang lahir berbau dangdut,
tetapi belum dinamakan musik dangdut,” ujarnya.
Munif menyebut
lagu Kudaku Lari, yang dilantunkan A Harris pada 1953, sebagai satu di antara
lagu pelopor irama yang kelak disebut dangdut ini.Alasan Munif, lagu itu telah
memberanikan diri memasukkan suara gendang ala India pada orkes yang semula
hanya memakai gitar, harmonium, bas, dan mandolin.Pada 1950-an, selain ada A
Harris, juga ada nama-nama penyanyi dangdut lain, seperti Emma Gangga, Hasnah
Thahar, dan Juhana Satar. Tapi, kemudian datang masa ketika supremasi terhadap
lagu-lagu berirama Melayu direbut negeri jiran Malaysia.Popularitas P Ramlee,
biduan Malaysia yang mengaku keturunan Aceh, memindahkan kiblat musik Melayu ke
negeri itu. Melalui tembang Engkau Laksana Bulan dan Azizah, P Ramlee berjaya
tak tersaingi. Apalagi setelah itu ia juga membintangi beberapa film layar
lebar. Popularitasnya di Indonesia pun makin subur. Semua yang berbau Ramlee
menjadi tren.Tapi, pada 1960-an, muncullah Said Effendi, yang berhasil
mengembalikan supremasi irama Melayu dari Malaysia ke Indonesia.Lewat lagu
Bahtera Laju, Said Effendi menempatkan diri sebagai pelantun irama Melayu nomor
wahid negeri ini. Ia menyingkirkan popularitas P Ramlee.Said Effendi memiliki
lagu-lagu populer yang diciptakannya sendiri, seperti Bahtera Laju,
Timang-timang, dan Fatwa Pujangga, serta lagu karya orang lain, misalnya
Semalam di Malaysia (Syaiful Bahri) dan Diambang Sore (Ismail
Marzuki).Ketenaran Said Effendi makin tak tertahan ketika ia muncul dengan lagu
Seroja karya Husein Bawafie. Sukses Seroja menarik minat sutradara Nawi Ismail
untuk menokohkan Said Effendi ke dalam film dengan judul yang sama. Setelah
itu, sutradara Asrul Sani pun menarik Said Effendi untuk membuat film Titian
Serambut Dibelah Tujuh.Pada 1960-an ini pula muncul nama-nama penyanyi seperti
Ellya Agus –yang kelak menjadi Ellya Khadam– Ida Laila, M. Mashabi, dan Munif
Bahaswan –yang populer dengan lagu ciptaannya sendiri, Bunga Nirwana.Pada akhir
dekade ini pula mulai muncul penyanyi-penyanyi yang kelak menorehkan jejak
penting dalam sejarah dangdut, seperti A Rafiq, Elvie Sukaesih, Muchsin Alatas,
Rhoma Irama, dan Mansyur S.
Meski pada masa
1950-1960 irama Melayu menjadi jenis musik yang menyedot banyak penggemar,
kepopulerannya benar-benar terdesak oleh kelahiran generasi pop 1960-an.Band
pop seperti Teruna Ria-nya Zaenal Arifin, Eka Sapta-nya Bing Slamet, dan Koes
Bersaudara mulai menyemarakkan jagat musik Indonesia dengan gengsi yang lebih
dari capaian orkes-orkes Melayu paling terkemuka. Tolok ukur keberhasilan
mereka adalah tampil di Istora Senayan, Jakarta.Sementara, pada saat itu, musik
Melayu seolah teronggok di pinggiran. Kiprah orkes-orkes Melayu ini paling
hanya sampai resepsi perkawinan. Mereka pun – kecuali sang penyanyi- masih
memainkan musik sambil duduk.
Muhammad Mashabi
Sejarah singkat
Muhammad Mashabi
atau populer dengan M. Mashabi, yang lahir dan besar di Kelurahan Kebon Kacang,
Kecamatan Tanah Abang (orang Betawi menyebutnya “Tenabang”) – Jakarta.
M. Mashabi
merupakan salah satu pencipta lagu yang merubah lirik - lirik Lagu Melayu dari
bentuk Musik Orkes Melayu Deli berupa pantun, menjadi lagu – lagu berisikan
prosa. Demikian juga warna dari Musik Melayu tersebut diubah dengan tempo yang
labih cepat dan tidak lagi menggunakan gong. Sehingga M. Mashabi dianggap juga
sebagai salah satu perintis Musik Melayu Moderen atau lazimnya disebut Dangdut.
Karya – karyanya sangat populer ditanah air pada masa 1950-an dan 1960-an. Banyak lagu – lagu
ciptaan M. Mashabi kembali dirilis ulang oleh para penyanyi dangdut masa kini
dengan versi dan ciri khas masing – masing, diantaranya: lagu Kecewa, lagu
Renungkanlah, lagu Hilang Tak Berkesan, lagu Harapan Hampa, lagu Keluhan Anak
Tiri (soundtrack film berjudul Ratapan Anak Tiri).
M. Mashabi wafat diusia muda, yang
oleh beberapa sumber mengatakan ia wafat diusia berkisar 40-an tahun dan belum
pernah berumah – tangga.
k Lagu
Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar